Olahraga balap motor memang
mempunyai resiko masing – masing. Terjatuh, kesalahan teknis, dan ditabrak itu
adalah resiko bagi sang atlet. Bahkan cedera itu adalah sesuatu hal yang lumrah
bagi seorang pembalap motor dan bahkan kematian juga dalah resiko terbesar
olahraga ini.
Bagaimana tidak ? para rider
menjalankan motor lebih dari 300 km per jam dan dibarengi dengan G – Force. Bahkan
dengan berat motor yang dikendarai kemungkinan sang pembalap juga mengalami
cedera arm pump.
Sebagaimana yang dirasakan oleh beberapa pembalap MotoGP misalnya Fabio quartararo dan Cal crutchlow.
Hingga olahraga ini patut diawasi factor
keselamatan baik bagian teknis maupun non teknis. Makanya FIM selaku badan
organisasi motor dunia dan penyelenggara balapan membuat suatu regulasi untuk
memperketat keselamatan.
Kita melihat, kejadian pada tahun
ini ada 3 pembalap kelas junior yang meninggal saat balapan, Jason dupasquier
(Moto3), Hugo Millan (HETC), dan Dean B Vinales (Wssp 300).
Semuanya diakibatkan kelengahan
regulasi FIM dan Penyelenggara balapan (Motogp, wsbk dan CEV), oleh karena itu
dengan adanya kejadian tersebut FIM merevisi regulasi dengan mengambil tindakan
fast respon yellow flag ketika ada pembalap terjatuh, masalah teknis atau ada
bagian – bagian motor berserakan didalam track.
Hal tersebut FIM dan Dorna
mengadaptasi dari FIA dan Formula 1, yang dari dulu sejak ayrton senna
meninggal olahraga tersebut (F1) merevisi regulasi besar besaran demi
keselamatan.
Dan efeknya, kecelakaan yang merengut
nyawa sejak 1994 hanya ada dua kali, yaitu Jule bianchi di Gp jepang 2014 dan Anthony
Hubert di Gp belgia 2019 (F2).
Terlepas dari hal tersebut, FIM
harus berkaca dari kejadian yang menimpa Deniz oncu yang melibatkan beberapa
pembalap terjatuh dengan sangat berbahaya di sirkuit Austin lalu.
FIM harus membuat regulasi baru
mengenai hal tersebut, yaitu dengan membuat penalti poin bagi semua rider kelas
manapun terutama kelas Moto3 yang memang banyak kontroversi dalam gaya balapnya.
Yang menyebabkan beberapa kritik
dari beberapa pihak karena Dangerous riding atau berkendara yang berbahaya,
yang bisa menyebabkan rider lain crash.
Regulasi tersebut memang diadaptasi
dari F1 yang ditujukan untuk lebih disiplin dalam balapan. Namun bagaimanakah
cara kerjanya?
Yaitu poin diberikan kepada pembalap
apabila melanggar aturan seperti membahayakan rider lain, mendorong rider lain
keluar trek atau mengacaukan pembalap lain seperti menghalangi rider lain yang
sedang flying lap.
Poin bisa diberikan minimal 1 dan
maksimal 2 poin sekaligus dalam satu kasus, tergantung seberapa berat
pelanggaranya.
Lalu jikalau pembalap tersebut
memiliki 12 poin penalty maka rider tersebut harus dilarang balapan dalam 1
race saja. Karena di F1 maksimal poin penalty yang didapatkan adalah 12 poin.
Catatan, poin tersebut hanya berlaku
1 tahun saja, contohnya seperti Rider A mendapatkan 2 poin penalty pada seri
italia 2021, selang satu tahun kemudian tepatnya di Gp italia kembali atau
bertepatan dengan bulan dimana ia mendapatkan poin penalty, maka 2 poin
tersebut hangus.
Begitu juga seterusnya, poin akan hangus
dimana ia mendapatkan poin penalti atau dibulan apa ia mendapatkan poin penalty
tersebut .
Namun akankah para pembalap menyepakati
hal tersebut atau sebaliknya?
0 Comments